Fakultas Pertanian UTP Lakukan Pendampingan dan Sosialisasi dalam Memanfaatkan Bakteri Endofit, Pupuk serta Pestisida Organik di Desa Demangan Boyolali
Fakultas Pertanian Universitas Tunas Pembangunan Surakarta (UTP) baru saja menyelesaikan program pendampingan dan sosialisasi di Dukuh Jatirejo, Desa Demangan, Kecamatan Sambi, Boyolali. Program pendampingan petani ini di ketuai oleh Prof. Dr. Ir. Achmad Fatchul Aziez, M.P dengan 6 anggota diantaranya 2 dosen Fakultas Pertanian dan 4 mahasiswa. Program ini mengambil tema Pendampingan Petani dalam Pemanfaatan konsorsium bakteri endofit dan pupuk serta pestisida organik berbasis kearifan lokal untuk meningkatkan produktivitas padi di lahan sawah tadah hujan.
Prof. Aziez selaku ketua menceritakan awal mula program ini tercetus hingga bisa membuat sebuah produk yang bisa dimanfaatkan oleh petani didaerah tersebut. Selain itu Prof. Aziez juga menjelaskan alasannya bahwa kenapa memilih di Desa Demangan, Kecamatan Sambi, Boyolali karena daerah tersebut sasaran ladang sawah tadah hujan. Petani disana juga jarang menggunakan pupuk organik, maka produktivitasnya cukup rendah termasuk padi sehingga perlu pendampingan yang memungkinkan tanaman padi disana produksinya meningkat dengan menggunakan teknologi antara lain bakteri fotosintetik, dan pupuk maupun pestisida organik.
“Kami menyebutnya produk ini adalah produk kearifan lokal. Pembuatan pupuk organik bahan-bahannya tidak harus beli tapi memanfaatkan bahan-bahan yang ada disana, jadi petani bisa menghemat pupuk kimiawi yang harganya lumayan mahal. Sementara itu dengan menggunakan pupuk kimiawi tanahnya makin lama akan makin kurus, tandus, sedangkan dengan menggunakan pupuk organik makin lama malah makin subur,” jelas prof. Aziez.
Hal ini juga diperkuat dengan statement dari salah satu petani Desa Demangan, Didik Suprapno yang mengatakan bahwa di daerahnya merupakan lahan kering, artinya lahan pertanian tadah hujan yang saat musim hujan bisa menanam padi 2 kali akan tetapi jika musim kemarau seperti ini hanya bisa menanam Palawija. Ditambah lagi dirinya dan kelompok tani di desa tersebut masih terbiasa menggunakan pupuk kimiawi yang berlebihan sehingga hasilnya tidak maksimal.
“Saat menggunakan pupuk kimiawi hasilnya palingan hanya 2-3 ton per hektar. Lalu dengan adanya sosialisasi dan pendampingan dari FP UTP ini kami sangat bersyukur tentunya apalagi kami diajari dan dibekali cara pembuatan pupuk organik dimana bahan yang didapatkan lebih mudah dan harganya juga jauh lebih murah”, ujar Didik.
Program ini dibagi menjadi 3 bagian pendampingan. Pertama tahap penyuluhan, kedua adalah praktek membuat bakteri fotosintetik yang juga merupakan bakteri endofit, pembuatan mikroorganisme lokal (MOL), lalu pembuatan pupuk organik padat, pupuk organik cair dan pembuatan pestisida nabati. Hasil semuanya itu digunakan untuk pendampingan dalam budidaya di sawah yaitu padi dan palawija seperti apa yang ditanam oleh para petani dan tahap yang ketiga adalah pendampingan di lahan sawah.
Prof. Aziez juga menambahkan bahwa untuk pembuatan produk ini membutuhkan waktu 2 minggu – 1 bulan karena harus uji coba di lab untuk mendapatkan hasil yang sesuai dan produk siap digunakan oleh para petani.
“Produk itu membuatnya tidak sehari jadi, kita habiskan waktu hingga 2 minggu - 1 bulan. Nah, selama proses pembuatan tersebut kami tentunya mengerjakan dan melakukan uji coba di lab kampus. Mahasiswa cukup antusias dan mahir dalam proses pembuatan pupuk ini karena mereka sudah terbiasa juga. Produk yang sudah kami serahkan pun sampai sekarang ada yang masih berproses”, pungkasnya.
Selain menceritakan keunggulan dari pupuk organik, Prof. Aziez juga memberikan penjelasan tentang cara pembuatan pupuk organik dengan memanfaatkan bahan-bahan yang sudah ada di daerah tersebut.
“Sebelumnya saya survey dulu ke daearah tersebut, tanaman apa yang bisa digunakan karena tidak sembarang tanaman bisa digunakan apalagi untuk membuat pestisida nabati harus menggunakan tanaman tertentu seperti tanaman pepaya, empon-empon, kenikir. Lalu untuk pembuatan pupuk organik itu bisa dibuat dengan menggunakan kotoran hewan seperti kambing, kotoran sapi, atau kotoran ayam. Kemudian ada grajen, jerami, gula, molase dan sebagainya. Sementara itu untuk bakteri fotosintetik bahannya juga mudah cara pembuatannya juga mudah, siapkan saja telur ayam 2 butir, terasi 10 gram, moto 10 gram, lalu jadikan satu masukkan botol atau kemasan air mineral yg 600 cc. Kemudian dijemur selama dua minggu sampai satu bulan. Larutan ini lalu diambil 10 cc dicampur dengan 1 liter air dan semprotkan pada tanaman atau daun tanaman itu akan meningkatkan produktivitas padi dan tanaman lainnya dinamakan dengan bakteri fotosintetik”, paparnya.
Lebih lanjut Prof. Aziez menjelaskan pembuatan bahan dasar pupuk organik cair, padat dan pestisida nabati. Dirinya dan tim menggunakan mikroorganisme lokal (MOL). MOL ini digunakan sebagai salah satu bahan dasar atau bahan penting untuk membuat pupuk organik baik itu cair maupun padat dan pestisida nabati.
“Alasan Mengapa kita menggunakan MOL ini agar pupuknya cepat jadi”, imbuhnya.
Ditemui ditempat terpisah, salah satu mahasiswa yang mengikuti program pendampingan ini, Dimar Prabawati mengatakan saat melakukan proses ujicoba di lab tidak ada kendala, dirinya mengaku senang dan bangga. Dimar mengaku dapat belajar banyak tentang cara-cara menghasilkan pupuk organik yang ramah lingkungan, sehingga dapat membantu petani lokal meningkatkan hasil pertanian mereka.
“Saya berharap dapat berbagi pengetahuan ini dengan masyarakat setempat, memperkuat keterlibatan mereka dalam praktik pertanian berkelanjutan, dan secara keseluruhan berkontribusi pada pemeliharaan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan Masyarakat”, harap Dimar
Program sosialisasi telah dilakukan pada hari sabtu (02/09), Prof. Aziez dan tim melihat bahwa petani di desa Demangan cukup responsif, sangat menikmati dalam setiap proses pendampingan hingga bersemangat dalam ikut serta pembuatan pupuk organik.
“Para petani cukup aktif banyak pertanyaan yang dilontarkan pada kami jadi terlihat antusias, meskipun yang sangat sulit adalah mengumpulkan para petani ini, karena mereka bisanya dihari libur. Tentu saya berharap program ini bisa dilanjutkan pada desa-desa yang lain terutama lahan sawah tadah hujan”, tuturnya.
Universitas Tunas Pembangunan
Kampus 1 Jl. Balekambang Lor No. 1,Manahan,Surakarta, Jawa Tengah
Kampus 2 Jl. Walanda Maramis No.31, Nusukan, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah
Apa Yang Kamu Butuhkan ?
Konsultasi OnlinePanduan Pendaftaran
E-Brosur
Langsung Daftarkan Dirimu
Pendaftaran Mahasiswa Baru